Thursday, July 16, 2009

Critical Theory: Lois Tyson, Janet Wolff, dan Christopher Reaske

Ringkasan Critical Theory
Lois Tyson, Janet Wolff, dan Christopher Reaske.

Produksi karya sastra
Pengarang, wacana, ideologi, kekuasaan, kapitalisme, teks karya sastra, novel lanang,

Pengarang, secara sadar menyajikan masalah dan setting seputar dunia kedokteran hewan dan peternakan, sebagaimana yang tampak pada produk budaya yang dihasilkannya.
Pengarang, secara tidak sadar telah terkondisi oleh ideologi yang merasuk dalam dirinya melalui kontak dengan wacana yang beredar di dalam masyarakatnya pada kurun waktu dan tempat tertentu.
Pengarang menggunakan ideologi yang secara tidak sadar ia internalisasi ketika mengalami kontak dengan wacana yang beredar.
Pengarang menggunakan ideologi yang ia internalisasi itu sebagai contact lens untuk melihat peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat pengarang.
Pengarang terkondisi oleh contact lens (self positioning) yang ia pakai di dalam memandang dan mengekspresikan suatu peristiwa.
Kesimpulan: Apa yang disampaikan oleh pengarang, yang disadarinya sebagai peristiwa faktual, sesungguhnya, hanyalah hasil interpretasi saja mengenai suatu proses yang terjadi di dalam masyarakat. Untuk itu, interpretasi yang dikemukakan selalu bersifat artificial. Yang murni hanyalah identifikasi contact lens (self positioning, ideologi, discourse) yang digunakan pengarang dalam melihat suatu proses (mis: praktek penguasaan) dalam masyarakat. Identifikasi terhadap contact lens yang digunakan adalah dengan menganalisis wacana yang ia ciptakan (karya sastra) dengan membandingkannya dengan wacana-wacana di luar karyanya untuk melihar koherensi, kontaminasi dan percampuannya. Selanjutnya, melalui wacana itu pula diidentifikasi ideologi yang ada di baliknya (mis: motif kapitalisme) serta proses yang terjadi di dalam masyarakat (mis. reproduksi kekuasaan). Proses yang dimaksud adalah sebuah prototype yang terjadi dalam masyarakat sehingga yang terpenting bukan pada bahan yang dikemukakan (paradigmatic) tapi pada rangkaian proses yang ada (sintagmatic). Prototype dalam hal ini, merupakan bentuk dasar yang berpotensi transformatif pada ranah kehidupan yang lain (mis: peternakan, kedokteran, keluarga, pemerintah, perekonomian, dan politik). Prototype adalah proses yang terjadi berulang-ulang, yang dikendalikan oleh kepentingan humanis, misalnya pemenuhan hasrat manusia di bidang ekonomi. Rahasia ekonomi yang kuat adalah sistem kapitalisme yang salanjutnya menjadi kelas dominan terhadap kelas inferior proletar. Kekautan kapitalisme dapat dilawan dengan kekutan sosialisme komunal.

-proses-motif:kepentingan ekonomi-ideologi:wujudnya wacana-wacana-teks

struktur signifikan
Cunculusion: karya sastra sebagai refleksi masyarakat, adalah produk yang perbadanannya mengandung transformasi proses sosial (mis:kekuasaan) yang ada di luar karya sastra.



Karena karya sastra berbentuk verbal dalam arti kebahasaan, maka penelitian yang dilakukan adalah penelitian lingusitik… karena elemen-elemen dalam karya satra berupa konsep yang dapat dipertukarkan (latar, setting, tokoh, tema) maka elemen-elemen ini tidak perlu diteliti secara mendalam karena dia berada pada tataran paradigmatic (surface structure), yang terpenting adalah struktur dalam atau deep structur (hukum kombinasi tiap elemen) yang mengendalikan dan mengkoordinasikan surface structure sehingga memungkinkan karya sastra itu bermakna, karena bentuk karya sastra berupa satu kesatuan yang utuh, maka analisis yang digunakan adalah pendekatan struktural.

Karena realitas dalam karya sastra tidak merujuk kepada realitas apapun, maka penelitian harus didasarkan pada pemburuan makna yang selalu berbentuk hipotesis semata dan hasil penelitian juga berupa hipotesis, yang tentu saja dilakukan pembenaran dengan mengutip isi karya sastra sebagai data pendukung validitas pernyataan.

Karena karya sastra ditulis oleh anggota masyarakat, maka sebagai anggota, dia mewakili pandangan masyarakatnya karena dia sendiri adalah individu yang yang di dalam kepalanya hanya ada sistem relasi yang dan klasifikasi yang dapat berfungsi jika telah melakukan imitasi dan internalisasi terhadap lingkungan masyarakatnya. Sebagai manusia yang terkondisi oleh masyarakatnya, pengarang mengadopsi satu atau lebih ideologi yang dia internalisasi dari masyarakatnya untuk melihat dunia. Ideologi ini disebut sebagai lensa yang digunakan dalam melihat, membayangkan dan merasakan dunianya (to experience). Tanpa lensa ini, dunia tidak akan tampak, di sisi lain, lensa ini juga memberikan kesempatan dan batasan dalam melihat dunia yang ia tempat. Karena karya sastra merupakan produk dan ekspresi masyarakat, maka sebagai artefak, karya sastra mewarisi sifat-sifat masyarakat yang melahirkannya, dan melalui penelitian terhadap, karya sastra, maka ideologi, proses dan fakta sosial dalam karya sastra merupakan refleksi masyarakat yang melahirkannya.

Dalam penelitian karya sastra, yang terpenting untuk diteliti adalah pengungkapan terhadap deep structure-nya yang wujudnya berupa fakta sosial, proses sosial, dan ideologi yang digunakan pengarang dalam melihat dunia empris.

Karena karya sastra merupakan lembaga tersendiri dalam artian memiliki tatanan tersendiri, maka strategi dalam menciptakan karya sastra merupakan salah satu aspek penting dalam penelitian, hanya saja perlu dipahami bahwa, pada dasarnya pengarang sebagai produk masyarakat, ia juga terkondisi oleh konvensi literer yang berkembang di dalam masyarakat tempat pengarang berkecimpung. Atau singkatnya, juga merefleksikan konvensi literer yang berkembang di masyarakat tempat karya sastra di lahirkan… karena karya sastra merupakan suatu lembaga, maka secara sistematis, ia merupakan satu keping mata uang logam dengan dua sisi yang beroposisi tapi saling melengkapi, yaitu bentuk dan isi. Sebagai sistem, keduanya harus hadir untuk membentuk satu kesatuan yang bermakna, selain, itu salah satu sisi dapat dijelaskan dalam hubungannya dan dalam rangka sisi yang lain, hal ini mengimplikasikan bahwa satu sisi tidak dapat dijelaskan tanpa menghadirkan yang lain. Dua sisi ini, dapat pula dikatakan sebagai fore ground dan back ground. Hanya saja, karena karya sastra tidak merujuk pada realitas apapun di luarnya (dunia empiris), maka suatu kekeliruan jika penjelasan terhadap fore ground menggunakan background fenomena sosial masyarakat memiliki kemiripan dengan isi (intrinsik) dalam karya sastra, tapi yang benar adalah mempertentangkannya dengan bentuknya yang mengimplikasikan keberadaan suatu ideologi. Jadi jika isi untuk menjawab pertanyaan ‘apa?’ maka bentuknya untuk menjawab pertanyaan ‘bagaimana?’ jadi, pada dasarnya penelitian mutakhir, ditujukan untuk menentukan dan membangung dalil-dalil tentang relasi antara bentuk dan isi, bukannya karya sastra dengan masyarakat, karena karya sastra hanyalah berupa wahana yang merepresentasikan masyarakat, dan bukan masyarakat itu sendiri jadi keliru kalau karya sastra diteliti untuk mencari homologinya dengan konteks masyarakat di luar karya sastra. Penelitian harusnya difokuskan pada pengungkapan ideologi, proses dan fakta sosial di dalam karya sastra.

Tentang metode penelitian karya sastra, Chamamah pada dasarnya berpandangan bahwa semua peneliti adalah pembaca nyata dan cara penelitian pun dengan membaca, hanya saja, berbeda dengan pembaca dan membaca yang umumnya dipahami, dalam membaca sebagai peneliti, digunakan lensa (teori, ideologi, pendekatan, konsep) yang diadopsi dari ilmuan-ilmuan terdahulu yang telah membuat kerangka teoritis. Karena pilihan terhadap aspek yang akan diteliti beragam yang menurut istilah Chamamah: dasar orientasi, maka lensa yang dipilih disesuaikan dengan aspek yang akan diungkap dalam karya sastra. Dalam pemilihan teori, implisit di dalamnya bahwa pemilihan dilakukan berdasarkan hipotesis bahwa teori yang digunakan adalah teori yang paling tepat, yang juga berarti membuka peluang pengujian terhadap teori yang digunakan pada kemampanannya dan kemampuan teori sebagai alat untuk mengedepankan aspek yang ingin diungkap dalam penelitian.

Fakta : Problem ekonomi, sosial, dan politik masyarakat kedokteran hewan dan peternakan dalam industri kapitalisme global.
Proses : Hubungan kekuasaan (reproduksi kekuasaan): Hukum klasifikasi dan relasi yang berpotensi transformatis…
Ideologi : Kapitalisme, dipertentangkan dengan Naturalisme, Nasionalisme, Humanisme, dan idealisme, yang akhirnya dimenangkan oleh Kapitalisme.

Pendekatan sistem berkembang dari ilmu pengetahuan alam, biologi dan sibernetika. Asumsi dasarnya adalah bahwa masyarakat secara keseluruhan saling bergantung dan lembaga-lembaga sosialnya berusaha memenuhi fungsi-fungsi yang penting selama menjamin kelangsungan hidup mereka. Menganalisa masyarakat dari sudut struktur, sistem, fungsi, peranan serta prosesnya. Tertarik pada fungsi lembaga dalam mempertahankan sistem. (makro)

Pendekatan Tindakan sosial berkembang dari sejarah dan psikologi, asumsinya adalah bahwa lembaga sosial sebagai sarana bagi individu untuk mencapai baik tujuan individu maupun kelompok. Menganalisa masyarakat dari segi perilakunya, tujuan-tujuannya, situasinya, norma-norma serta makna-makna yang ada di dalamnya. Tertarik pada makna tindakan para pelaku yang berhubungan dengan konsekuensi perilaku, dan alasan-alasan yang mendorong prilaku. Interpretatif tindakan sosial dan dengan penjelasan kausal dari arah dan tindakan yang tampak..

Asumsi dasar: para pelaku yang mempunyai kebutuhan dan tujuan-tujuan tertentu, akan mencoba menggunakan sumber-sumber yang ada untuk memuaskan dirinya, dalam suatu “kendala” yang dibangun lingkungan, termasuk norma-norma dan nilai-nilai budaya serta kegiatan-kegiatan para pelaku pencari tujuan yang lain. 45
Kebutuhan tujuan itu sendiri terangkat dari sistem-sistem budaya, sosial, psikologis, dan biologi. Nilai dan norma tercermin dalam sikap dan prilaku tertentu yang dianggap telah menjadi kebiasaan.

Persoalan penting dalam kerangka sosiologis.
Apa yang menentukan kebutuhan dan tujuan para pelaku yang berbeda? Nilai dan norma yang bagaimana yang dianggap cocok dengan prilaku?